SITUS BATU MELINGKAR | Jejak Leluhur Galunggung di Jahiang Tasikmalaya
GASANTANA.Com | Tasikmalaya, Kamis 25 Agustus 2022 - Di kawasan pegunungan Tasikmalaya, tepatnya di Desa Jahiang, Kecamatan Salawu, tersimpan peninggalan kuno yang menarik perhatian para peneliti budaya. Situs tersebut dikenal dengan nama Batu Melingkar atau Circle Stone, ditemukan pada tahun 2020 di kompleks makam keramat Lemah Tuan Alam, wilayah Cipeujit.
Warga sekitar meyakini makam Tuan Alam berkaitan erat dengan Kampung Adat Naga, salah satu kampung tradisional Sunda yang masih bertahan hingga kini. Namun, selama bertahun-tahun masyarakat hanya mengenal tempat itu sebagai area pemakaman leluhur, tanpa mengetahui bahwa di bawah tanah tersimpan peninggalan purba.
Keberadaan Batu Melingkar terungkap berkat tim ekspedisi Gasantana yang dipimpin oleh Abah Hadi Permana, dengan bimbingan Abah Anton Charliyan, tokoh Sunda sekaligus mantan Kapolda Jawa Barat.
Awalnya, hanya terlihat satu batu yang menyerupai nisan. Namun, setelah dilakukan penggalian selama hampir dua bulan, ditemukanlah susunan batu yang membentuk pola lingkaran di kedalaman 50 sentimeter hingga 1,5 meter dari permukaan tanah.
Setelah penggalian selesai, teridentifikasi sekitar 36 batu yang tersusun melingkar. Setiap lingkaran memiliki satu batu besar di bagian tengah, mirip menhir atau lingga. Batu-batu itu tertata dengan posisi tegak dan rapi, ukurannya bervariasi dari kecil hingga sedang.
Menariknya, beberapa batu memiliki lekukan alami menyerupai “coet” (cobek batu), yang dahulu digunakan untuk menumbuk bumbu atau bahan makanan.
Menurut hasil kajian Undang Ahmad Darsa, pakar dari Universitas Padjadjaran yang ikut dalam ekspedisi, situs ini kemungkinan besar berasal dari masa pra-Hindu–Buddha, jauh sebelum pengaruh budaya India masuk ke Nusantara.
Ciri batu yang sederhana dan tidak diukir menunjukkan bahwa situs ini merupakan warisan asli masyarakat Sunda kuno, khususnya dari wilayah Galunggung. Batu melingkar diperkirakan menjadi bagian dari aktivitas sosial dan spiritual masyarakat masa lampau, baik sebagai tempat pembelajaran tradisional, ritual keagamaan, maupun pusat kegiatan sehari-hari.
Di sekitar kompleks makam juga terdapat Goa Mahar, yang dipercaya merupakan peninggalan kerajaan Sunda tempo dulu. Cerita rakyat menyebutkan bahwa goa ini dibangun atas permintaan raja untuk tempat bersemedi atau bermunajat kepada Hyang Widhi, terutama ketika ada prosesi lamaran terhadap putri kerajaan.
Goa tersebut juga diyakini berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pertahanan dari ancaman musuh pada masa lalu.
Sampai sekarang, makam Tuan Alam dan Situs Batu Melingkar masih menjadi lokasi ziarah warga sekitar, terutama pada bulan-bulan tertentu seperti setelah Idulfitri.
Selain nilai spiritual dan sejarahnya, tempat ini juga menyimpan fenomena unik. Menurut Abah Anton Charliyan, alat komunikasi seperti HT dan telepon genggam justru menerima sinyal yang lebih kuat dan luas di area tersebut.
Misalnya, HT berdaya kecil yang biasanya hanya berjarak dua kilometer, bisa menjangkau hingga 20 kilometer, bahkan sinyalnya dapat mencapai Gunung Sawal di Ciamis dan Gunung Ciremai di Kuningan.
Penemuan Situs Batu Melingkar di Tasikmalaya menjadi bukti bahwa peradaban Sunda kuno telah memiliki sistem sosial, spiritual, dan pengetahuan yang tinggi jauh sebelum pengaruh luar masuk ke wilayah Tatar Pasundan.
Selain menyimpan kisah masa lalu, situs ini juga menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan leluhur yang sarat makna bagi identitas budaya Sunda.
Artikel Terkait
Wagub Jabar Dukung Langkah Abah Anton Charliyan dalam Penguatan Dewan Kebudayaan Jawa Barat
GASANTANA.Com | BANDUNG — Pada Senin, 17 November 2025, Rombongan tim inti calon pengurus Dewan Ke...
Baca Selengkapnya
Jejak Sejarah di Situs Telaga Denuh Tasikmalaya | Telaga Sunyi yang Menyimpan Kisah Peradaban Klasik di Priangan Timur
GASANTANA.Com | Tasikmalaya — Di balik perbukitan selatan Kabupaten Tasikmalaya, berdiri sebuah te...
Baca Selengkapnya
Napak Tilas Situs Batu Lingga Gunung Payung | Jejak Spiritual dan Sejarah Tasikmalaya
GASANTANA.Com | Tasikmalaya, pada Senin 13 Oktober 2025 — Sebuah situs bersejarah sarat nila...
Baca SelengkapnyaBerlangganan Newsletter Kami
Dapatkan artikel terbaru dan informasi tentang kegiatan konservasi langsung di inbox Anda.